Rasa Sakit Yang Dipertahankan
Selasa, Januari 22, 2013Hay hoy! Apa kabar semuanya? Apa kabar juga kamu yang merasa sakit, tapi tetap menyimpan sakit itu. Iya, Sepintar-pintarnya manusia, akan terlihat bodoh di hadapan sebuah rasa bertema cinta. Bayangkan saja sakitnya sebuah rasa yang menghunus dada, tapi masih saja rasa itu disimpan, walaupun pedih. Namun anehnya, mereka yang sudah tau itu menyakitkan, tapi tetap dilakukan.
saaakkkkiiit (>.<)
Tenang, kalian ga salah dan ga patut buat disalahkan atas rasa itu. Karena apa?? Karena rasa sakit itu telah jadi candu. Contohnya seseorang yang menjadi stalker sejati, yang terus nyetalkin pujaannya sampai hampir mati karna tau pujaannya itu lagi jalan sama gebetannya. Anehnya hal itu (sengaja) diulangi lagi esok harinya, dan rasa sakit itupun terulang, lagi. Mungkin rasa cemburu tersendiri jadi penyebab sakit itu. Kenapa cemburu? Karena dia ga bisa kamu miliki, tepatnya kamu tidak berani memiliki. Bagaimana mau memiliki kalau untuk mengatakan saja takut. "Biarlah pada akhirnya dia yang tau kalau....", kalau kamu pernah menyukainya dan (sekarang) dia udah dengan yang lain lagi. Dan dia dulunya (ternyata) juga suka sekarang udah kehilangan rasa.
Beberapa ada yang sakit, beberapa lagi ada yang (pura-pura) baik, padahal sakit. Mereka pandai menyembunyikan rasa sakit itu. Bahkan mereka kebal, kebal karena rasa sakit itu sudah menumpuk dan menjadi bantalan. Hidup dalam keberpuraan karena ketakutan, takut rasa itu mati, tapi biarlah rasa itu sakit. Sepertinya mereka akan membawa mati rasa itu, atau mati oleh rasa itu.
Menunggu hal yang tidak pasti jelas terasa sakit. Namun (lagi-lagi) anehnya ada yang masih tetap menunggu, menunggu ketidakpastian. Mereka yang lelah, tapi tetap rela merasa sakit menunggu. Karena di setiap penantian, selalu ada yang menunggu dan ada yang ditunggu, ada yang tidak tau kalau ditunggu dan ada yang tau ditunggu tapi tidak mau menunggu. Adapula yang menunggu dalam kepastian, hal yang sudah pasti tidak mungkin, tapi tetap dipaksakan. Biasanya hal ini terjadi jika yang satu lagi mati-matian peduli, dan satu lagi peduli dalam keterpaksaan. Sudah tau bahwa sebuah hubungan akan berakhir, tapi tetap memaksakan cinta dengan seada-adanya. Memang sakit mengucapkan selamat tinggal pada orang yang kita sayangi, tapi lebih sakit lagi memaksakan dia yang tidak menyangi kita. Dan anehnya tau bahwa tangan mereka tidak disambut, tapi tetap mengulurkan tangan.
(selalu) menunggu
berdoalah
tapi ga gini juga kali :p
3 komentar