Tentang Waktu

Rabu, Maret 04, 2015

Minggu pagi, hari pertama bulan Maret.


Cuaca mendung yang sangat mendukung. Pagi yang dingin mungkin jadi alasan utama, tetap bertahan di balik selimut hangat dan kasur yang empuk. Hanya saja, jam masih terus berputar. Mengingatkan bahwa ada janji yang harus ia bayar.


Ada dua lukisan berbingkai hitam yang terpajang pada dinding kamarnya, satunya agak miring ke kanan. Disebelahnya ada beberapa foto yang tersusun tak beraturan dan berantakan. Sengaja ia biarkan. Semua fotonya berisi tentang teman pada waktu yang lalu dan yang sekarang.


Bak mesin waktu, susunan foto yang berantakan itu seperti ingin mengingatkan pada setiap kejadian tentang foto itu. Yang dulu pernah menjadi siapa dan sekarang menjadi siapa. Yang dulunya pernah melakukan apa sekarang melakukan apa. Pertanyaan seperti itulah yang kadang sulit terjawab mengapa.

Dia tidak mau lagi berharap pada waktu yang menjawabnya. Dibiarkan saja semuanya berputar terus, seperti putaran jarum jam analog. Baginya, terserah waktu mau memberikan jawaban, atau tetap menjadi pertanyaan tanpa jawaban. Hanya saja, waktu kadang dapat membuat cerita yang memang tidak memerlukan jawaban.

Saat dia masih memikirkan susunan foto itu, alarm jamnya berbunyi. Waktu dia menipis. Janji memang harus ditepati. Waktu yang membuatnya lupa dan waktu juga yang mengingatkannya. Egois.
Waktu memang tidak peka. Kita menunggu waktu yang tepat. Sedangkan waktu tidak pernah menunggu.

You Might Also Like

2 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images