Liburan Gagal, Bioskop dan Ibu-ibu Hamil
Kamis, April 03, 2014Di sini, staf kantor kebanyakan adalah para lelaki lajang, dan gue adalah salah satu lelaki lajang (juga ganteng) tersebut. Padatnya aktifitas secara ga langsung emang menahan kita buat ga kemana-mana. Kita serasa jadi terkurung. Liburan 2 hari (minggu-senin) kayak kemarin itu nampaknya momen yang sangat berharga buat ga ngelewatin begitu aja tanpa pembalasan dendam setimpal.
Kita, para lajang, tentu ga mau masa depan kita suram hanya karena kelamaan ga nemuin makhluk dari venus, wanita. Jadi kita langsung bikin rencana buat liburan di hari libur itu.
Rencanapun dibuat. Tujuan utamanya adalah kota Batam, Kepulauan Riau. Rencananya kita bakal berangkat sabtu malam, keliling Batam, makan siang di Singapura, balik lagi Ke Batam, baru balik lagi ke tempat asal kita, Kampar, Riau di hari seninnya. Jenius.
Kita punya dua alternatif jalur yang bakal kita lewati. Pertama, kita bakal pergi ke Pekanbaru, terus dari sana naik pesawat tujuan Batam. YEEEEAAAH sampai di Batam.
Alternatif ke dua. Rencananya Kita bakal langsung dari Kampar naik mobil menuju Dumai. Setelah itu, kita bakal nyebrang lautan dengan kapal ferry menuju Batam. YEAAAHHHH, sampai di Batam.
Gue masih searching aja tentang informasi di Batam. Gila, tempatnya keren parah. Lalu tiba-tiba gue ngeliat jadwal keberangkatan ferri dari Batam ke Dumai. Jam 8 pagi juga. Dan penyeberangan yang kita perkirakan Cuma perlu waktu 45 menit sampai 1 jam itu ternyata harus dilewati dengan waktu 8 jam. Kita hitung waktunya. Dari kampar kita berangkat sabtu malam dan nginep di Dumai. Jam 8 hari minggu kita berangkat dari Dumai dan bakalan sampai jam 16:00. Dari pelabuhan kira-kira makan waktu 2 jam perjalanan buat ngelilingi Batam dan seluruh tempatnya, itu hanya perjalanannya. Menikmati tempatnya?? Ya masa kita harus menikmati tempatnya malam hari. Kisaran jam 17:00 sampai jam 23:00. Cuma dapat 6 jam belum kepotong sama kita harus regristrasi ini itu, daftar ini itu, cari penginapan, temen kebelet boker. Ah, Banyak. Dan kita harus udah sampai di pelabuhan sebelum jam 8 pagi senin. Singkat. Ke Batam kita cancel. Mimpi gue mau makan siang sama buang air kecil di Singapura batal.
Kita ga kehabisan ide buat memastikan liburan ini kita jauh dari tempat kerja. Tujuan kedua, Padang, Sumatra Barat. Kalau kesini kita udah punya gambaran mau kemana aja. Soalnya, salah satu dari staf (lajang) senior (jomblo juga) udah pernah kesana. Kita tinggal naik mobil terus tidur di mobil dan bangun dengan kondisi udah berpindah ke kota Padang.
2 hari sebelum hari H, kita pecah kongsi. Ada yang pengen jalan aja sama pacarnya (berdua doang), ada yang pengen tidur dirumah 2x24 jam nonstop. Ada juga yang pengen nonton konser suju di Jakarta. Gila, akhirnya tinggal 4 orang yang masih setia sama janji kita, termasuk gue. Dan pada akhirnya, rencana kita ke Padangpun harus dibatalkan.
Dengan berpikir keras selama kurang lebih 2 jam, kita berempat akhirnya memutuskan untuk Cuma pergi ke Pekanbaru aja. Pakai sepeda motor, kurang lebih 2 jam perjalanan. Tempat yang hampir bosan buat gue kunjungi.
Hari minggu, kita udah sekitar 10 km lagi dengan pusat kota. Tiba-tiba kita berempat saling berpandangan dan nyeletuk “terus kita disini mau ngapain?”, kemudian kita saling berpandangan lagi. Iya, kita ga punya rencana.
“Kita makan, nonton, abis itu pulang.”
“jangan lupa, nongkrong juga bentar di pinggir jalan.”
ARRRRRGGGH, jadi rencana gue yang liburan pengen makan siang di Singapura harus digantikan sama datang-makan-nonton-pulang plus nongkrong pnggir jalan. Keputusan sudah diambil, 3 temen gue setuju, dan gue harus setuju juga.
Selesai makan, kita langsung nonton. Gue sempat trauma gegara kemarin nonton film, cerita jaman romawi dulu gitu. endingnya seluruh pemeran film itu mati, tinggal menyisakan seekor kuda. Kemudian beberapa pertanyaan muncul di kepala gue.
“jadi ini pemeran utamanya kuda?”
“kalau ini cerita legenda, terus yang tersisa hidup tinggal seekor kuda. Jadi, yang nyeritaan kembali legenda ini siapa?? Kudanya??”
Dan hari ini gue mikir pasti bakal nonton film yang diceritakan kembali oleh bekicot tunanetra.
Kita sampai di bioskop jam 12:30. Dan jam jam segini kebanyakan film film udah banyak yang mulai. Ada 3 pilihan film, The Reid 2, House at the end of street, sam Divergent. Setelah melakukan musyawarah kita akhirnya milih nonton film ketiga, Divergent. Alasannya simple, The Reid itu film Indonesia, jadi kita bisa download aja pas pulangnya nanti (padahal semua juga bisa di download). House at the end of street itu film horor, ga jadi. Jadi kita pilih film terakhir, Divergent.
Film akan dimulai jam 15:15. Kita masih punya 1 jam 45 menit. Kita ga punya rencana. Kita nunggu. Gejala aneh mulai berdatangan di bioskop itu. Satu persatu ibu ibu hamil datang setia hampir 15 menit sekali. Apa-apaan ini? Gue mulai heran udah hampir 8 orang ibu ibu hamil daang ke bioskop. Mulai dari ibu ibu yang selalu megang-megang perut, ibu-ibu hamil pakai baju zebra, sampai bapak bapak pakai kemeja, dia hamil juga.
Gue mulai curiga, jangan jangan bioskop ini Cuma tempat kamuflase praktek ilegal per-USG-an. Entah apalah itu namanya. Karena ga ada kerjaan, kita komenin aja semua orang yang jua lagi nunggu di bioskop itu.
“ibu ibu hamil di depanmu itu sebenarnya tidak hamil. Dia hanya sedang mengidap penyakit cacingan akut”
“Kalau yang ini, ibu ibu hamil tulen, tapi hamilnya di belakang, di bokong.” Kata temen gue ngomentari ibu ibu dengan bobot sekitar 150 kg. Buset, itu bakalan makan dua kursi buat nonton. Atau jangan-jangan dia bakal duduk lesehan paling depan.
Ada juga kita temui om-om bawa anak gadisnya. Anaknya cantik, tapi bapaknya kayak pak Raden. “Itu cabe-cabean, yang disebelahnya itu ulek-ulekan”. Kemudian kita nonton, dan salah satu temen gue Cuma tidur di bioskop. Gue sempat bersukur ending film ini pemeran manusianya ada yang hidup. Gue bersyukur.
Habis nonton, kita nongkrong dipinggir jalan. Gue berasa jad preman alim paling ganteng se Riau. Makan roti bungkus, sama air mineral gelasan. Nista.
Kita pulang, baru setengah jam perjalanan motor temen di belakang udah ga ada jejakanya. Mereka hilang. Tiba-tiba hp gue bunyi.
“Kami ditangkap polisi di lampu merah”, teriak temen gue, dia panik.
“APAA?? Kalian ga ditangkap gara gara nyamar jadi waria lalu menjajakan diri di lampu merah, kan?”
“Kampret, pokoknya kalian tunggu di situ aja jangan kemana mana, bentar lagi urusan kami dengan polisi disini selesai”
Temen gue ditangkap polisi, padahal yang ga bawa SIM itu gue, Tuhan emang adil. Gue bersyukur. Ternyata temen gue ditangkap gegara mereka salah masuk jalan satu arah. Padahal mereka kayak gitu gegera ngikutin gue. Tuhan emang adil, gue bersyukur.
Dan malam itu kita langsung pulang, sampai di rumah temen, gue langsung tidur.
Jam 8:30 pagi, hp gue bunyi.
“Kita ke Pekanbaru hari ini wisata ke waterboom, semua staff wajib ikut”
APAA? Ke Pekanbaru lagi? Bakalan nemu ibu ibu hamil lagi? Ini konspirasi.
0 komentar